Sabtu, 28 Juni 2014

When you get what you want, but not what you need !

Saya sedang mendengarkan lagu Coldplay - Fix You yang di aransemen ulang sama penyanyi Boyce Avenue. Lagunya sungguh apik dan penuh kedalaman makna.
"When you get what you want, but not what you need".

Itu sama seperti, "Tuhan itu memberikan apa yang kita butuhkan ! bukan apa yang kita inginkan !".

Saya pikir, saya ingin menuliskan sesuatu tentang ini. Tentang sebuah kebahagiaan dan kehilangan.
Bulan ini saya mendengar dua kabar dari sahabat karib saya.
Seminggu yang lalu, salah seorang sahabat saya memberitahu bahwa ia akan melangsungkan pernikahannya setelah lebaran ini. Alhamdulillah. Saya kenal baik dengan mereka berdua. Alhamdulillah. Allah memudahkan jalan mereka untuk melangsungkan niat baiknya. Walaupun baru akan di laksanakan setelah lebaran ini, setidaknya mereka sudah berani melangkah tahap demi tahap. Sekali lagi Alhamdulillah. Semoga niat baik itu juga dimudahkan untuk tahapan selanjutnya.

Kabar yang lain saya dapatkan kemarin pagi selepas saya melaksanakan sholat Subuh. Saya membaca status bbm sahabat baik saya. Dia menulis tentang kesedihannya akan kehilangan seseorang yang dia cintai.
Kekasihnya itu mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke Pekan Baru untuk mengikuti kuliah pagi.
Siapakah yang paling kuat menerima kehilangan?! Apalagi mereka sudah berniat untuk  bertunangan bulan November nanti. Dan berencana akan menikah awal tahun depan. Tapi Allah berkehendak lain.
Allah memanggil kekasihnya lebih dulu, kemudian mengajarkan kepadanya tentang ikhlas melepaskan yang dicintai.

Bicara kehilangan bukan perkara mudah. Setiap yang datang pasti akan pergi. Setiap yang pergi pun pasti akan ada yang datang. Sesuai janji Tuhan, yang baik untuk yang baik.
Bagaimana caranya, itu urusan Tuhan. Manusia hanya boleh percaya dan ikhtiar bahwasanya rencana Tuhan itu tiada duanya.
Walau kadang-kadang akal sehat sulit menerima tentang pertemuan ataupun perpisahan.
Tuhan tidak melihat kesiapan itu. Karena sampai kapanpun memang manusia tidak akan pernah menyiapkan diri apalagi untuk sebuah kehilangan. Dan meski sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya pun, yang namanya kehilangan tetap meninggalkan kesan yang mendalam. Apakah itu luka, kenangan, atau sejenisnya.
Tuhan hanya mengukur kemampuan umat-Nya untuk menjalani apa yang Tuhan inginkan.
Termasuk sahabat saya itu.

Saya bisa membayangkan, bagaimana mereka selama ini sama-sama. Tiba-tiba dipisahkan. Tidak tanggung-tanggung, maut yang memisahkan.
Tapi itulah hebatnya Tuhan. Dia tahu sahabat saya ini yang mampu menjalankannya.
Kalau itu terjadi pada saya atau sahabat yang lain, belum tentu sekuat itu. Bersyukurlah !

Tadi pagi, saya diskusi ringan sama salah satu sahabat saya di sini. Setelah cerita punya cerita, ia mengatakan kepada saya, "Yang baik di mata manusia, belum tentu baik di mata Tuhan. Hati-hati memuji diri. Hati siapa yang tahu !". Jleb ! Kadang-kadang kita memang suka lupa. Sudah merasa menjalani dengan sempurna. Akhirnya tanpa sadar, kesombongan sudah menggerogoti hati.

Persoalannya, apapun itu semuanya tergantung penerimaan diri.
Menerima apapun yang ditakdirkan Tuhan. Mempercayakan semuanya kepada Tuhan. Dan menjalani semuanya dengan sungguh-sungguh. Walaupun itu tidak semudah mengatakannya, tapi semua itu bisa diupayakan. Termasuk untuk urusan mencintai dan dicintai.
Untuk yang satu inipun, masih banyak yang belum paham hakikat mencintai. Saya pun begitu. Idealnya memang mencintai itu selalu sama-sama. Apakah makan bersama, menangis bersama, tertawa bersama, atau apalah itu namanya. Tapi itu berlaku bagi orang yang mengagungkan cinta. Bagi yang benar mencintai, saya rasa bukan seperti itu.
Ah, entahlah. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa menuliskan, siapa lagi yang Maha Menguasai Hati kalau bukan Sang Maha Membolakbalikan Hati? Siapa lagi yang Maha Mengetahui setiap sudut hati kalau bukan Sang Penguasa Hati?
Saya hanya bisa mendoakan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang yang saya cintai.
Semoga pemahaman tentang makna kehilangan dan mencintai itu bisa disejalankan.
Tentu seperti pesan sahabat saya,
Cintai Allah di atas segala-galanya termasuk diri sendiri, kemudian percayai Rukun Iman dan Rukun Islam dengan sempurna, dan susun kehidupan dengan logika berlandaskan Al Qur'an dan Hadist.

Semoga kita termasuk hamba yang diCintai-Nya !



Jogja, 28.06
salam,
mellysyandi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar