Kamis, 19 Juni 2014

19.06

Saya ingin menulis. Meskipun saya tidak tahu ingin menceritakan tentang apa. Setidaknya saya tahu, apakah hati dan pikiran masih sejalan ketika saya menulis.
Entahlah, kadang-kadang kita memang harus menulis. Supaya tahu sudah sampai dimana kemampuan berpikir. Juga supaya kita tahu apakah hati masih bisa merasakan. Entah merasakan sakit atau merasakan bahagia.
Kali ini saya ingin menulis. Sederhana saja. Saya ingin menulis ucapan terimakasih.

Banyak yang (mungkin) belum tahu bedanya merasakan dengan mengerti. Bisa merasakan perasaan seseorang itu belum tentu bisa mengerti. Tapi kalau sudah mengerti, pasti bisa merasakan.
Termasuk saya !
Setahun yang lalu saya baru bisa merasakan. Belum mengerti sama sekali. Tapi setahun belakangan ini saya banyak belajar. Terutama belajar menjalani Takdir Tuhan.
Kita selalu meyakini bahwa setiap pertemuan tidak ada yang sia-sia. Kita berusaha untuk percaya bahwa Takdir akan membawanya seperti apa yang kita mau.
Dalam menjalani itu, kita mengorbankan banyak hal. Waktu, pikiran, perasaan, bahkan perasaan orang-orang yang sudah ada sebelum ini.
Egois memang ! tapi kita tidak tahu kemana arah pertemuan ini. Takdir selalu membawanya kemana Ia mau.
Kita tidak bisa berbuat banyak. Hanya berharap dan berharap. Bahwa ujung dari perjalanan ini adalah kebahagiaan. Meskipun kadang-kadang kita tak pernah seyakin itu menjalaninya. Tapi Yang Maha Yakin itu selalu memberikan jalan-Nya.
Berkali-kali membunuh hati, berkali-kali diuji, berkali-kali saling meninggalkan, tetap saja kita dipertemukan lagi. Entah apalah namanya ini. Saya sendiri bingung. Apakah di belahan dunia yang lain juga menjalani takdir yang sama?! Ah, entahlah.
Kita menyadari bahwa pertemuan bukanlah sebuah perencanaan. Memang sudah begitu yang tertulis di Lauh mahfudzh. Bahwa pada masanya kita akan dipertemukan, kemudian dijatuhcintakan, lalu menjalani dengan sakit atau bahagia itulah pilihan, dan pada waktunya pun akan dipisahkan.
Mungkin kali ini kita sudah berada di titik untuk dipisahkan. Iya, sekarang sudah berjalan satu tahun.
di sana ada tawa, ada bahagia, ada menangis, ada terluka.
Semuanya lengkap !
Mungkin kita merasa sudah mengerti satu sama lain. Tidak sekedar dapat merasakan perasaan masing-masing. Walaupun kadang-kadang kita suka tidak tahu satu sama lain.

Cinta memang tidak sebatas ucapan "Selamat tidur" atau "Rindu" yang tak ada habisnya itu. Cinta juga bukan tentang sebuah rasa yang dipertahankan atas dasar rasa kasihan. Tapi Cinta mengajarkan bagaimana mengerti tentang sebuah perasaan. Apakah itu rindu, bahagia, marah, kesal, benci, acuh tak acuh, atau apalah. Bahagia itu sangat sederhana sekali. Bukan tentang bangganya mencintai kelebihan diri. Tapi bagaimana menerima kekurangan, berjalan beriringan, saling memperhatikan, apalagi?!
Ah, Entahlah.
Hanya terimakasih !
Terimakasih sudah diberikan waktu untuk mencintai dengan tulus dan sepenuh hati. Tanpa pamrih, tanpa mengharapkan akan seperti ini atau seperti itu, tanpa tahu kemana arah perasaan ini.
Saya juga tidak tahu, apakah saya sudah masuk ke dalam tahap "benar mencintai" itu.
Mudah-mudahan Tuhan menunjukkan jalan-Nya.

Maafkan untuk semua perasaan yang menyiksa hati. Sesungguhnya pertemuan ataupun perpisahan itu bukan keinginan semata, tapi sudah ada Yang Mengaturnya.
Dan sekarang saya sedang menjalani itu. Mencintai sekedar yang diizinkan Tuhan.



Semoga segala kebaikan selalu tercurah untuknya !

Jogjakarta, 19.06
sebuah refleksi diri dari yang sedang menjalani Takdir Tuhan,
mellysyandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar