Rabu, 11 November 2015

Pertama dan selanjutnya

saya punya banyak sekali hutang menulis.
belum lagi janji pada diri sendiri untuk membagikan setiap cerita perjalanan.
terutama beberapa bulan terakhir ini, akibat dari padatnya jadwal yang tak bisa di-akali, maka dengan berat hati harus menyimpan (dulu) hasil foto berikut cerita tentang banyak hal.
sempat beberapa kali membuka page ini, mencoba memulai untuk menuliskan, tapi godaan untuk yang lain tidak bisa dihindarkan. Apalagi yang berbau thesis dan teman-temannya (baca : hati-hati, kalimat ini hanya pencitraan).

hari ini, saya memberanikan diri untuk memulai,
memilih dan mencoba menentukan mana yang layak untuk saya ceritakan.
akhirnya sampai lah pada judul tulisan ini,
"Pertama dan selanjutnya".

sebenarnya lagi, saya ingin menceritakan tentang hal yang lain, harapannya bisa menceritakan secara berurut, kejadian demi kejadian, tapi Tuhan Yang Maha Penyayang itu memberikan kemampuan untuk mengingat yang paling berkesan, berkesan, cukup berkesan, sedikit berkesan, sampai menjadi tidak berkesan sama sekali.
Oleh sebab itu, atas dasar Anugerah itu, saya memilih untuk menceritakan yang (masih) berkesan dulu. Namun bukan berarti cerita-cerita berikutnya tidak berkesan, hanya saja saya belum mampu menceritakan itu semua dalam satu waktu. Mudah-mudahan nanti, yaa? :)

Oke, intronya terlalu panjang, saya akan mulai dengan perkenalan saya dengan komunitas ini.

Sejak hijrah ke Jogja, sembari menunggu jadwal kuliah, saya memang berusaha mencari kegiatan-kegiatan lain, mencoba bergabung di beberapa kegiatan, seperti sedang mencari cinta sejati (baca : maksud saya jati diri), hingga akhirnya saya menemukan ini,
Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau.


Bermula dari membaca retweet salah satu akun, saya pun mulai mengikuti.
Bak gayung disambut, pendaftaran untuk relawan pun sedang dibuka,
tapi lagi-lagi Tuhan Maha Asyik.
Saya mendapatkan info di hari terakhir, Alhasil tidak bisa daftar waktu itu.

barangkali ini yang dikatakan sebenarnya jatuh cinta,
meski tidak menggebu-gebu, tapi diam-diam saya memperhatikan,
hingga akhirnya pendaftaran kembali dibuka,
kali ini saya tidak boleh kalah sama waktu,
langsung mendaftarkan diri sebagai fotografer.
Walaupun belum punya sertifikat sebagai fotografer profesional,
setidaknya modal "tahu sedikit" bisa dijadikan modal nekat.
Apalagi tidak ada syarat harus mahir.

Alhamdulillaah,
tidak lama setelah pendaftaran, akhirnya yang lulus pun diumumkan.
Awalnya sempat dilema, "pergi ga ya?" ucap saya dalam hati.
setelah cerita ke beberapa teman dekat, Bismillaah. Akhirnya berangkat.
Sendiri !



tepat pukul 01.57 pagi saya sampai di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.
Memang, Melly namanya yang suka salah lihat jadwal.
Saya janjian dengan teman yang baru saya kenal di Group event ini untuk ketemu di Stasiun jam stgh 5 pagi.
Awalnya saya mengira sampai di Jakarta pukul 02.57 pagi, ternyata kesalahan dalam melihat masih mendominasi.
Akhirnya, harus menunggu kurang lebih 2.5 jam di stasiun.
Benar-benar hanya menunggu, sesekali bikin rusuh di twitter, atau buka akun socmed lainnya.

Alhamdulillaah,
meski hanya bisa tidur beberapa jam di kereta, Tuhan Yang Maha Kuat itu selalu mencurahkan semangat kepada saya.

Tepat pukul 04.30 pagi Om Hai datang menjemput.
Om Hai ini, seorang sutradara handal, lebih dari itu Ia juga seorang fotografer yang kece abis.
Perkenalan saya dengan Om Hai hanya kebetulan memilih sebagai relawan fotografer. Jadilah kita berada dalam satu group Whatsapp. Kebetulan sekali kita ditempatkan di Pulau yang sama, hanya saja kita beda sekolah. Hihi.

Om Hairil Saleh

Om Hai pun menyelamatkan saya dari ketidaktahuan Ibukota, segera setelah ketemu dan bincang-bincang, akhirnya kita sampai di meeting point hari itu.
Dermaga 21 Marina, Ancol.

Beberapa teman yang dari luar Jakarta sudah sampai di meeting point. Sembari menunggu yang belum datang, saya pun mencari posisi menunggu yang tepat.
Dan lagi-lagi Tuhan Yang Maha Indah membuat saya terpesona.
Pagi itu, bulan sabit yang ditemani mars dan venus muncul dengan gagahnya.
saya sengaja tidak memotretnya, pemandangan itu hanya berlangsung sementara, matahari mulai naik, tentu bulan sabit, mars dan venus akan tenggelam. Maka dari itu, saya hanya memilih mengabadikan dengan mata sendiri saja. Supaya lebih merasuk. *eaaa

Setelah sarapan dan siap-siap berangkat, akhirnya kapal yang akan kami tumpangi siap untuk diberangkatkan.
Kebetulan pulau penempatan saya berada paling utara, sehingga membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 4 jam dan harus mampir-mampir untuk mengantarkan teman-teman yang lain ke pulau-pulau sekitarnya.

Hari ke 11 di bulan Oktober 2015, pukul 06.30 pagi,
*Hari Pertama dimulai dari sini :)













Bukan Melly namanya kalo ga bisa nahan kantuk dan bisa melek se-melek-meleknya kalo udah liat yang biru-biru. setiap perjalanan memang slalu punya cerita sendiri. Semakin sering berjalan, semakin banyak kenangan terukir. Parahnya, dalam perjalanan kita seperti diberikan waktu untuk mengingat kenangan. Barangkali ini yang membuat saya bisa melek se-melek-meleknya ya karena itu. Hahaha. Menjemput kenangan diam-diam. Mengingat-ingat yang bisa diingat. Dan tetap Alhamdulillaahh. Masih diberi kemampuan untuk mengingat.


Alhamdulillaah.
Perjalanan 4 jam pun sudah terlewati dengan lancar tanpa mabuk laut. Setelah mampir-mampir sebentar, akhirnya berlabuh di hatimu - maksud saya berlabuh di Pulau Harapan - dengan baik dan lancar.

Selamat Datang di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu ! :)



Hari pertama, sesampainya di homestay, saya pun langsung lari ke kamar mandi. Hampir saja 24 jam tidak mandi. Hihi. Alhamdulillaahh. sempat istirahat sebentar kemudian dilanjutkan dengan briefing persiapan kegiatan masyarakat siang itu.



Kegiatan hari pertama baru akan dimulai pukul 3 sore, semua relawan berkumpul di SDN 01 Kelapa. Lokasinya lumayan dari homestay, kalau tahun lalu, relawan yang bertugas disana menggunakan sepeda untuk menuju SD. Tapi relawan tahun ini memilih untuk jalan kaki. Bukan tidak ingin menggunakan sepeda, tapi hanya ingin menikmati jalan kaki bersama *ehem

Menurut agenda yang sudah disepakati, kegiatan hari pertama bertajuk masyarakat. Jadi lebih kepada pengabdian kepada masyarakat. Setelah semuanya berkumpul di SD, maka dilakukan pembagian kegiatan. Ibu-ibu akan melakukan kegiatan belajar membuat tas dari kain perca, sedangkan anak-anak akan bermain di halaman depan kantor camat.









Nah, kebetulan saya diberikan tugas untuk mendokumentasikan kegiatan anak-anak. Maka berangsur-angsur pindah ke lain hati (baca: ke lain tempat).









sebagai relawan fotografer, tentu konsekuensi yang harus diterima adalah tidak difoto. Hiks. Tapi Mas Ivan yang baik hati dan tidak sombong itu memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap eksis meski sesekali. Hahaha.


Kegiatan anak-anak di hari pertama ini hanya bermain. banyak permainan seru yang dilakukan secara berkelompok. Sebenarnya permainan itu bukan sekedar permainan saja, tetapi ada pelajaran bagi mereka terutama mengenai hal kepemimpinan. Misalnya saja games yang dilakukan secara berkelompok, butuh leader yang mampu mengayomi anggotanya untuk menyelesaikan permainan itu.
Duh, Kak! jadi inget masa-masa yang sama *eaaa









Lagi-lagi Alhamdulillaahh.. Saat itu sudah pukul 5 sore, kegiatan hari pertama secara resmi dinyatakan selesai. Hal itu ditandai dengan foto bersama. Sampai jumpa besok adik-adik ! :)


Kegiatan dengan adik-adik memang sudah selesai, belum tentu dengan relawannya. Saya dengan beberapa teman, mencoba menikmati senja dengan mengabadikannya. Matahari mulai terbenam. Kalau ada yang tanya, kapankah waktu paling romantis bagi saya? Selain sepertiga malam, saya akan menjawabnya, "saat senja, saat matahari mulai terbenam". Banyak hal yang terindah dalam waktu-waktu itu. Bukan hanya kenangannya saja *eaaa






Matahari sudah terbenam, pertanda sudah harus kembali ke homestay.
Setelah beres-beres, briefing pun dimulai. Untuk memastikan kembali persiapan hari inspirasi esok harinya. Sekalian persiapan masing-masing relawan di masing-masing sekolah.

Selamat istirahat, Kak! :)


 ***


* Hari Kedua, 12 Oktober 2015 ~


Pagi-pagi sekali semuanya sudah bangun, selain akan melaksanakan sholat subuh, mengingat di homestay hanya ada dua kamar mandi, otomatis kegiatan bersih-bersih harus dimulai dari pagi-pagi sekali juga. Biar tidak ada yang ketinggalan. Hihi.



Seperti biasa, setiap memulai sesuatu, mulailah dengan berdoa. Entah mendoakan calon Ibu Mertua atau apapun itu yang penting berdoa. "Semoga dan semoga, hari ini berkah."
harapan kami semua :)




Sesampainya di sekolah, anak-anak sudah banyak yang hadir. Kemudian para guru pun mengatur barisan siswa, sebentar lagi kita akan melaksanakan upacara bendera. Moment ini paling saya suka. Wajah-wajah lugu berhasil saya abadikan. Semoga yang melihat foto-foto dibawah ini pun, menjadi bahagia mengenang masa-masa seperti ini, dulu ! :)










Dua hal yang paling berkesan saat mengikuti upacara senin pagi waktu itu.
Pertama, saat menaikkan bendera merah putih, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh khidmat. Kedua, saat pembacaan sila ke 5 dengan memperhatikan kenyataan yang ada saat ini.
Hiks..
Saya dan teman-teman relawan memang agak tertegun, ketika pembacaan sila ke 5 tersebut.
Bagaimana tidak, ketika kita semua - masyarakat Indonesia - meyakini sila ke 5 sebagai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, namun dalam kenyataannya belum sampai ke dalam tahap itu.
Memang bukan hal mudah untuk bisa sampai ke dalam tahap adil,
mudah-mudahan, suatu saat nanti, Keadilan yang sebenarnya juga dapat dirasakan oleh anak-anak Indonesia. Entah yang dilahirkan di Pulau besar ataupun di Pulau kecil.
Entah yang dibesarkan di kota besar ataupun yang dibesarkan di daerah terpencil.
Semoga, ya Kak? :)



















Di antara banyak foto, foto di bawah ini yang paling saya suka.
Namanya Aditya. Saya lupa, Adit ini kelas 1 atau sudah duduk di bangku kelas 2. Pasalnya,  kadang-kadang ia suka pindah barisan sesukanya. Aditya ini punya semangat yang bukan main hebatnya.
Pagi-pagi sekali, saat guru-gurunya sedang sibuk melakukan persiapan upacara bendera, Adit juga sibuk mengganggu teman-temannya. Di sela-sela memotret kegiatan, saya memperhatikan, tawanya begitu lepas. Apalagi ketika saya membidikkan kamera ke arahnya. Seketika itu juga, ia berhasil mengalihkan pandangan saya. Selama upacara berlangsung, inilah pemandangan yang paling saya sukai. Adit begitu khusyuk sekali. Entah apa yang menjadi doanya, dalam hati saya hanya bisa mendokan, "ada Aamiin-ku dalam setiap semogamu, Dik! Tetaplah ceria!".






















Upacara selesai.
Anak-anak masuk kelas sesuai dengan kelasnya masing-masing. Saya lupa mulai motret di kelas berapa. Yang saya ingat, waktu itu kegiatan pertama yang saya abadikan di kelas adalah kelasnya Mba Oyie.


Nah, perkenalkan Mba Oyie.
Seorang Country Sales Training & Development Leader tapi jam terbangnya sudah go Internasional. Baru pertama kali ikut KIJP (Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau), tapi sudah beberapa kali ikut KI (Kelas Inspirasi) khususnya di Jakarta. Sehari sebelum berangkat ke Pulau, Mba Oyie baru mendarat di Indonesia. Baru pulang dari Beijing untuk urusan pekerjaan. Jet lag? Sudah pasti. Capek apalagi.
Tapi saya tidak melihat itu di wajah Mba Oyie. Semangatnya luar biasa. Usianya tidak menunjukkan bahwa beliau sudah kepala empat. Apalagi lihat semangatnya ikut kegiatan ini. Nasehat beliau untuk saya sederhana sekali, "ketika kamu punya anak nanti, ajak anakmu ikut kegiatan-kegiatan seperti ini.
Supaya anak-anakmu tahu, bagaimana kehidupan sebenarnya".

Kebetulan saya sekamar dengan Mba Oyie. Otomatis selama kegiatan kita berinteraksi banyak, apalagi pada saat akan tidur. Mba Oyie punya banyak cerita pengantar tidur. Terutama perihal memilih calon pendamping. Hihi.
Duh, Tuhan Memang Paling Hebat mengatur pertemuan.






Berikutnya Mba Novi. Seorang Redaktur di salah satu majalah ternama. Mba Novi ini juga punya semangat yang luar biasa. Selain itu, juga punya segudang pengalaman. Beliau ini sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, khususnya tentang pemberdayaan masyarakat. Sangat peduli pendidikan, dibuktikan dengan track record-nya yang beberapa kali mengikuti kelas inspirasi. Paling tidak, untuk kelas inspirasi wilayah jabodetabek sudah pernah diikutinya. dari beliau dan teman-temannya lah muncul gagasan tentang KIJP. Berawal dari renungan tentang bagaimana nasib anak-anak pulau.
Alhamdulillaah. Antusiasme anak muda untuk mengikuti kegiatan ini pun bukan main. Saya mengikuti KIJP yang keempat. Mudah-mudahan akan ada KIJP selanjutnya.










Selanjutnya, relawan pengajar yang ga kalah Oke namanya Yasmin. Seorang Chief Interior Design tamatan Trisakti (semoga benar). Tinggal di Bogor dan sedang semangat-semangatnya mengajar di salah satu tempat di Bogor yang masuk kategori cukup rawan. Saat perjalanan ke Bogor, saya bersama Yasmin naik KRL. Sepanjang perjalanan banyak hal yang kita diskusikan. Mulai dari pandangan terhadap pendidikan Indonesia (saat ini), sampai ke hal-hal lucu lainnya yang mohon maaf tidak bisa saya tuliskan. Hihi. Yasmin juga baru pertama kali ikut KIJP. Sama halnya seperti saya, sudah diniatkan untuk ikut gelombang berikutnya. Mudah-mudahan kita ketemu lagi yaa? :)









Setelah dari kelasnya Yasmin, saya masuk ke kelasnya Mba Chlara. Beliau ini seorang Internal Communication Officer. Sudah ikut KIJP sebelumnya dan ditempatkan masih di pulau yang sama. Mba Chlara ini juga punya semangat yang ga habis-habis. Dengan ciri khasnya yang slalu rame ini, beliau tampil menceritakan bagaimana ia bekerja di perusahaannya.








Pengajar berikutnya adalah Mba Butet. Saya lupa menanyakan kepada beliau, apakah beliau memang punya darah Batak. Tapi yang saya tahu, beliau ini profesinya canggih. Seorang owner Travel Haji dan Umrah. Beberapa kali ke Mekkah untuk mendampingi mereka yang ingin naik haji. Tentu pengalaman spiritualnya juga bukan main banyaknya. Beliau juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, khususnya yang bergerak dengan pendidikan. Sebelumnya juga pernah ikut KIJP, otomatis juga sudah paham bagaimana menghadapi anak-anak pulau.







Jadi fotografer memang harus cekatan untuk pindah-pindah kelas.
Meskipun untuk move on, pun belum tentu semudah itu dilakukan oleh fotografer.
*eh *pdc

Kelas selanjutnya ada Kak Prasti. Seorang Partnership Manager di salah satu perusahaan di Singapura. Cantik dan diidolakan oleh anak-anak. Bahkan ada yang berani tanya umur,
"Kak Prasti umurnya berapa?" banyak yang hanya menebak-nebak.
Setelah diberi tahu usia yang sebenarnya, salah satu siswa nyeletuk,
"Yah, sayang banget aku masih 13 tahun".
Hahaha.
Begitulah Kak Prasti. Cerita panjang lebar tentang perjalanannya mengikuti Berlin Marathon yang ia ikuti dua minggu sebelum ikut KIJP. Belum lagi cerita tentang pengalamannya mengunjungi beberapa negara yang selama ini yang (mungkin) hanya dilihat di dalam TV oleh anak-anak.
Duh, Kak Prasti..









Semua kelas di lantai dua sudah saya masuki, berikutnya saya turun tangga. Masuk ke kelasnya Bang Raymond. Iya, Bang Raymond ini bekerja sebagai Surveyor Eksplorasi Perminyakan. Tadinya saya pikir beliau membawa alat pemboran, tapi untung saja tidak. Hihi.
Orang lapangan memang agak punya kesulitan jika disuruh mengajar di dalam kelas. Akhirnya, ia memboyong murid-muridnya untuk belajar di halaman basket depan sekolah. Pelajarannya adalah mengukur lapangan basket. Tidak hanya sekedar mengukur, melainkan Bang Raymond juga mengajarkan bagaimana melakukan pengukuran dan segala macamnya.








berikutnya ada Mas Indra. Bekerja sebagai database administrator. Tentu bukan hal yang mudah menggambarkan profesinya pada anak-anak. Tapi dengan semangat 45 nya, ia mencoba untuk tetap menghidupkan kelasnya. Setidaknya, anak-anak tahu, bahwa selain dokter, polisi, dan guru, juga ada profesi sebagai database administrator.
Semangat, Kak!






Tidak ketinggalan, KIJP kali ini ada seorang Private Home Therapist for Autism Child. Tadinya saya iseng tanya, "ada terapi untuk yang patah hati ga Kak?" hihi. *ngaur* Kak Inggit ini, selain akan mengajar, ia juga di daulat sebagai bendahara kami. Hampir saja Kak Inggit ketinggalan kapal. Awal masuk kelas, Kak Inggit menggambar di papan tulis. Saya tidak menyimak hingga selesai karena harus mengabadikan momen yang lain.
Saya pikir, pasti ini ada kaitannya dengan tes kepribadian. Hehehe. *ngaur lagi*







Kali ini, saya mau cerita tentang sebuah profesi yang jadi salah satu impian saya. Program Assistant dan Travel Writer. Namanya aja udah keren, apalagi kerjaannya traveler.
Duh!
Kak Ika berprofesi sebagai itu. Orangnya sangat ceria sekali. Bagaimana tidak, pekerjaannya adalah jalan-jalan dan menuliskannya.
Tuhkan? 
Saat perkenalan, Kak Ika bilang ke anak-anak, "Siapa yang mau ikut jalan-jalan?" Dan siapa lagi yang angkat tangan nya paling pertama kalo bukan saya.
hihi.






Kak Nony, punya nama panjang Fardillah Ariati. Bekerja sebagai tim Pembuat Materi Online. Sudah dua kali ikut KIJP dan sebelumnya pun ditempatkan di Pulau ini. Selain dengan Mba Oyie, saya juga sekamar dengan Kak Nony dan Yasmin. Sudah tentu, cerita di luar kegiatan ini banyak sekali. Kak Nony tetap semangat meskipun agak shock menghadapi anak-anak. Sudah tentu, senyumnya yang khas itu bikin anak-anak makin semangat.
*eaaa
Maafkan saya yang lupa mengabadikan moment saat Kak Nony mengajar.
mungkin fotografer mulai lelah ~


Dan ini yang terakhir,
Namanya Rendy. Bekerja sebagai petugas Bea Cukai. dulu sempat kuliah dan di DO, hingga tahun berikutnya ia diterima di STAN dan sekarang bekerja di Bea Cukai. Rendy ini orangnya lucu sekali.
dikabarkan KIJP sebelumnya, ia sempat melakukan Pendekatan Personal dengan salah satu relawan. Meski berakhir tanpa kejelasan, KIJP kali ini Rendy tidak menyerah. Kembali melakukan pendekatan yang sama, namun kali ini dengan orang berbeda.
Hihi.
Cinta memang harusnya begitu.
Tidak boleh menyerah ! *ehem





Selain teman-teman pengajar, saya juga punya teman fotografer dan videografer. Kebetulan tim fotografer ada saya, Haidar, dan Yoga. Sedangkan untuk videografer namanya Adit. Saya banyak belajar dari mereka. Meskipun bukan dari kalangan profesional, tapi hasil jepretannya selalu profesional.
Hihi.
Fotografer yang ini namanya Haidar

Aditya sebagai Videografer
Sayangnya, saya tidak sempat mengabadikan foto mereka ketika sedang bertugas. Untung saja saya masih menyimpan foto potret relawan yang difoto oleh Yoga. Walaupun dia sendiri tidak menyimpan fotonya.
Hiks,
Untuk yang penasaran sama Yoga, dia ada di bagian paling depan saat foto bersama. Hihi.

Kegiatan selanjutnya, pemasangan kertas instagram cita-cita yang sudah dibagikan oleh para relawan di dalam kelas. Di kertas ini, anak-anak menuliskan dan menggambarkan cita-cita yang menjadi impiannya. Kemudian para relawan pengajar membantu untuk memasangkan agar dapat dilihat oleh semua anak.
Lagi-lagi, kami berdoa.
Semoga dan semoga, segala impian dan harapan mereka dimudahkan jalannya :)
Setelah itu, pembagian medali dan dilanjutkan dengan pulang ke rumah masing-masing.












Alhamdulillaaahh..
Akhirnya hari inspirasi berjalan dengan sangat istimewa. Saatnya pulang ke homestay, istirahat sebentar, kita Evaluasi kegiatan.
Setelahnya, kita berburu sunset lagi..











Sekali lagi dan lagi,
Alhamdulillaahh..
Dua hari yang membahagiakan sudah terlewati dengan sangat bahagia. Saatnya istirahat dan siap-siap untuk kembali ke Jakarta.
Selamat malam, Kak ! :)

***


*Hari Ketiga, 13 Oktober 2015 ~


Seperti hari pertama, pagi-pagi sudah harus bangun. Selain antrian mandi sudah panjang, persiapan pulang pun perlu dilakukan. Setelah sarapan, kita perlahan-lahan mulai beranjak meninggalkan homestay menuju dermaga. Ada rasa haru di hati kita masing-masing. Entah kapan kita akan bertemu lagi. Tapi kita slalu meyakini dalam hati, bahwa harapan untuk dipertemukan lagi pasti ada.

Selamat bertugas kembali teman-teman semuanyaaa..
Jaga kesehatan dan semangat selalu, yaaa?
Maafkan jika ada pengambilan gambar yang tidak sepatutnya.
Hahaha.
Terimakasih untuk cerita kita yang mengagumkan!
Sampai jumpa lagiiiiii.....

 






4 jam di laut, akhirnya saya sampai di darat.
Melanjutkan perjalanan ke Bogor untuk bertemu teman lama.
Sebelum kembali ke Jogja, saya pun mampir di Bandung.
Nah. bagaimana cerita selanjutnya, mudah-mudahn bisa saya tuliskan.
Mudah-mudahan tulisan ini pun membahagiakan bagi yang membacanya.
Mudah-mudahan pun, menjadi obat penawar rindu bagi yang merindukannya.
*eaaa


Kita (pernah) punya cerita,
Salam penuh cinta,
Melly Syandi


















1 komentar: